Jangan takut pada waktu.
Sejatinya waktu tak berubah,
24 jam sehari,
365 atau 366 hari setahun.
Kemarin adalah kemarin,
sekarang adalah sekarang,
besok adalah besok.
Milikmu adalah sekarang, bukan tadi, bukan nanti. Sama saja dengan milik Adam bukan?
Jangan takut sayangku, kesempatan itu masih ada, masih sama. Selama hayat masih di kandung badan.
Memang di alam semesta ini tak ada yang abadi, kecuali jika Ia yang menciptakan ketidakabadian itu hendak mengubah ketidakabadian menjadi keabadian.
Tapi sungguh hanya satu makhluk yang tak konsisten,
tak bisa setia,
punya seribu topeng,
hipokrit,
korupsi,
nepotisme,
selingkuh,
busuk!
Konyol sekali,
di tengah megahnya sunyinya semesta raya,
ada keributan,
pertumpahan darah,
penghianatan,
perselingkuhan,
kegemparan!
Konyol memang, kekhidmatan semesta raya dinodai oleh makhluk setitik. MAKHLUK SETITIK.
Takkah kau lihat tanda zaman?
Di tengah hiruk-pikuk manusia dari Adam hingga Obama hingga nanti Dajjal dan Imam Mahdi, di tengah gemerlap dunia, di tengah haru-biru perjuangan yang belum tentu mereka tahu ujungnya, di tengah tragedi konspirasi, di tengah lautan manusia yang berpura-pura tahu ini dan tak tahu itu, di tengah kesemrawutan ini,
di tengah kebingungan ini,
takkah kau membuka mata?
Perhatikanlah hujan, masih sama dengan yang dulu, airnya merantau sampai langit hingga akhirnya kembali ke tanah.
Atau surya senja itu, masih sama dengan saat terbitnya, suatu saat akan kehabisan energi dan hanya menyisakan gumpalan partikel.
Perhatikanlah pohon yang telah menjadi perabot itu masih sama dengan bibitnya, tumbuhnya dari tanah, suatu saat akan tumbang dan lapuk jadi tanah jua.
Atau peliharaan kesayanganmu itu,
atau rumahmu,
atau mobilmu,
atau istrimu,
anakmu,
anak buahmu,
tanganmu,
kakimu,
tangan kananmu,
kaki tanganmu,
matamu,
mata-matamu,
semua yang kau banggakan,
semua yang kau jaga erat-erat,
semuanya,
semuanya dari tanah dan akan pergi ke tanah.
Hatimu pun masih sama. Hatimu sama dengan maling busuk dari zaman manapun, ataupun aktivis kemanusiaan dari zaman manapun, sama-sama gumpalan cokelat darah yang akan membusuk dimakan tanah.
Bahkan akhirat pun masih sama, hanya ada dua tempat, surga atau neraka. Tak pernah tiba-tiba ada surga yang keneraka-nerakaan, ataupun neraka yang kesurga-surgaan.
Tak kah kau membuka mata?
Semesta selalu sama,
semesta tak pernah berubah,
ia simbol kesetiaan,
ia pemuja sejati,
ia tak pernah ternodai,
ia “mewaktu” sebagaimana semestinya.
Ia selalu ada untuk mengingatkanmu, siapa yang sesungguhnya bertahta atas dirimu.
Sekarang, kau mau apa?